Minggu, 30 Maret 2014

Bus yang Renta



Bus yang Renta
                  Pagi ini matahari tanpa malu-malu keluar dari persembunyiannya. Dia memperlihatkan tubuhnya  yang kuning kemerah-merahan dengan gagah dan memancarkan sinarnya sehingga menerangi setiap pelosok Kota Padang.  Burung-burungpun bertengger di atas pepohonan yang melambai-lambai akibat belaian dari angin sembari bersiul menyambut pagi yang begitu indah dan damai.
                  Lain halnya dengan hiruk pikuk yang terdegar merdu pada gesekan roda bus kampus yang membuat roda bus tersebut semakin menipis. Roda yang setiap harinya bertatapan langsung dengan aspal dan kerikil-kerikil tajam yang berserakan di sepanjang laju lintasannya. Bus tersebut selalu tepat waktu berbaris berjajar rapi menunggu calon-calon pemimpin bangsa yang akan menunjanginya menuju Universitas Andalas.
                  Tubuh yang renta tidaklah menjadi masalah baginya. Pintu-pintunya yang sudah hampir terlepas karena dibanting mahasiswa-mahasiswa yang keluar masuk tidaklah membuatnya menjerit. Dinding-dindingnya yang rapuh bukanlah menjadi halangan baginya untuk menyibak dinginnya kabut-kabut pagi di Universitas  Adalas.
                  Hari ini merupakan hari pertama bagiku untuk kembali ke kampus, setelah melewati liburan  semester yang cukup panjang. Kumantapkan langkahku yang pelan tapi pasti, menuju  bus-bus yang telah berbaris rapi dengan sopir-sopir yang siap mengendarainya. Pemandangan pada  semester dua ini tidak ubahnya dari  semester sebelumnya. Bus-bus tersebut tetap  saja terlihat menyedihkan, dengan tubuhhnya yang semakin renta dan tak terurus.
                  Ribuan mahasiswa bergantian yang siap menginjak tubuhhnya tidaklah dia musuhi  meskipun mahasiswa tersebut tidak merasakan betapa lelahya tubuh itu  menahan pijakan mereka. Mungkin tubuh itu harus diistirahatkan sejenak, namun dia harus  kembal bekerja dan bertanggung jawab  atas tugasnya untuk pemuda-pemudi penerus bangsa.
                  Suara klason yang tak lagi terdengar merdu membuatku mempercepat langkah ini. Sebagai penanda bahwa bus itu sudah siap untuk berangkat menuju Universitas Andalas. Temanku yang berada di sampingku menarik tasku sambil berkata “kita naik bus  yang itu saja, yang ini sudah jelek dan tidak nyaman untuk dinaiki” suara temanku teersebut terdenggar melecehkan bus yang berada di depan mataku ini. Aaaah… aku tak menghiraukan kicauan temanku tersebut, yang aku tau setiap benda memiliki perasaan yang tak  ingin dibeda-bedakan.  Sejenak terjadi rebutan-rebutan dan tarikan-tarikan di pintu bus. Tak berlangsung lama memang tapi hal  tersebut mungkin saja membuat bus tersebut  tidak  nyaman.
                  Pak sopir manarik kemudi sebagai cambuk untuk membuat  bus tersebut melaju. Langkah menuju lari  yang lumayan cepat namun seperti dipaksa membuat mesin-mesin bus tersebut mulai kehausan. Ingin berhenti namun tubuh dikendalikan. Ingin menyerah  namun tanggung jawab harus digenggam. Demi mahasiswa-mahasiswa yang sibuk memikirkan jalan hidup masing-masing.
                  Suara tepukan dari mahasiswa membuatnya berhenti sejenak untuk mengambil sebuah nafas panjang namun dia harus  melaju kembali menuju tempat-tempat yang setiap jam bahkan setiap menit dia  lalui. Lamunanku terhenti disaat aku melewati gedung dimana tempat aku bajar. Tepukan tanganku membuat  pak sopir itu memberhentikan bus itu secara  mendadak. Mungkin saja bus itu terkejut namun dia sudah terbiasa dengan situasi seperti itu. Berehenti sejenak lalu kembali beroperasi.
                  Ucapan terimakasih dari mahasiswa-mahasiswa itu hannya  terucap untuk bapak sopir, “terimakasih pak” kata-kata itu yang sering terdengar, tak ada  seoranggpun yang mengatakan “terimakasih bus  kampus”.  Menyedihkan memang, tapi itulah kenyataannya.  Ku buka pintunnya dengan lembut dan ku tutup dengan pelan. Berharap dia  tidak  kesakitan.
                  Ku  lepas kepergiannya dengan  senyuman dan berharap suatu sa’at nanti jasanya akan aku balas dengan menggoreskan tinta-tinta di atas kertas  putih yang melahirkan karya-karya  tulis yang mungkin dapat dia  ceritakan kepada anak cucunya nanti. 
                 
                 



                 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar